“Ia berkata padaku, “Aku lelah”. Maka aku berhenti
dan menemaninya beristirahat. Ku kira sejenak ternyata memakan cukup waktu. Aku
bersabar kepadanya hingga aku tak sadar bahwa ia telah berjalan perlahan
menjauhiku. Hingga ku sadar bahwa kini ia telah ditemani oleh seorang lain.”
A luckiest daughter. A good little sister. A happy friend~
Senin, 30 November 2015
Minggu, 22 November 2015
November Kelabu
Pantaskah aku
memanggilmu “ibu” setelah semua yang kulakukan?
Aku membalas mulut yang
tak pernah berhenti mendoakanku dengan mulut yang terlampau sering mengucapkan
kebohongan.
Aku membalas tangan
yang senantiasa membelai dan merawatku dengan tangan yang terlampau sering
mengutamakan kepentingan pribadi diatas kepentinganmu.
Aku membalas nyawa yang
rela mati untuk kebahagiaanku dengan nyawa yang cuma dipakai untuk mengejar
impianku sendiri.
Ingatkah Ibu semasa aku
sakit ? waktu itu aku demam parah dan Ibu jadi orang pertama yang merawatku.
Aku kemana saat Ibu demam? Ibu menggigil sendirian kala Bapak bekerja. Dan aku
terlalu sibuk bermain dengan dunia kecilku.
Ingatkah Ibu semasa aku
meminta sesuatu ? waktu itu aku mendambakan hal-hal yang sepele dan Ibu rela
memenuhi keinginanku yang kelewat manja. Kendati diam-diam Ibu membunuh
keinginan Ibu sendiri untuk membiayai kesembuhan Ibu sendiri.
Ingatkah Ibu semasa anak
sulungmu memasuki masa pubernya ? waktu itu dia pulang dini hari. Ibu ketiduran
menunggu, hanya karena cemas anak sulungnya kenapa-kenapa.
Ingatkah Ibu semasa
anak sulungmu lulus masuk universitas ? waktu itu Ibu begitu terharu, bangga
melihat anak sulungnya, dan Ibu kemudian repot menyiapkan segala keperluaan
yang dibutuhkan anakmu untuk pindah menuntut ilmu ke kota. Ibu yang lebih rela
memilih membiayai anak-anaknya agar pintar dibandingkan kesehatan dirinya
sendiri. Hingga Ayah pun harus banting tulang lebih keras lagi.
Ibu yang tak pernah
mengenal kata “egois”. Tapi hatiku hancur pada kenyataan bahwa Ibu bahkan tak
sempat menyaksikan anak sulungnya memakai toga kebesarannya.
Ingatkah Ibu semasa
anak sulungmu mulai beranjak dewasa ? Saat keegoisan mengendalikan dirinya dan
sempat memilih pergi, Ibu memandang langkah pergi tersebut dengan mata
berkaca-kaca. Anak yang pernah ditimang olehmu merasa telah mampu berjalan
sendiri. Dan Ibu hanya mampu duduk dibangku penonton tanpa bisa lagi
memberitahu tentang apa yang baik dan apa yang buruk.
Ah, Ibu. Perempuan
hebat yang membesarkan anak-anaknya dengan keistimewaan yang membumi. Harus
dengan apa kami membalasmu? Seumur hidup pun takkan mampu. Sementara dirimu
telah damai di sisiNya, aku malah belum mampu membuatmu bangga.
Engkau bukan Ibu yang
bijak seperti dalam novel, namun engkau selalu mendidik anak-anakmu supaya
menolong sesama.
Engkau bukan Ibu
sempurna layaknya sinetron, namun buatku engkau adalah malaikat yang dikirim
oleh Tuhan untuk melindungiku.
Engkau bukan Ibu
terbaik di dunia, namun engkau selalu memberikan yang terbaik.
Terima kasih dan maaf…
Tepat hari ini, Enam
tahun yang lalu ditanggal yang sama engkau meninggalkan kami semua yang
mencintaimu.
Bu, bisakah Ibu muncul
dalam mimpiku walau sekali saja? Aku ingin melihatmu.
Maafkan pintaku yang
terlewat egois ini ibu, tapi aku hanya sedikit amat sangat merindukanmu :(
- 22 November 2009.
Tertanda, anak-anakmu
yang tak akan pernah melupakanmu.Maafkan lisanku yang sedari tadi mengganggumu dengan terus menyebut namamu. Berbahagialah di surga-NYA #alfatihah Aamiin.
Langganan:
Komentar (Atom)

