A luckiest daughter. A good little sister. A happy friend~

Jumat, 21 September 2018

(ME)LEPAS

Semua pergi, juga kamu. Tapi aku bahagia. Bahagia. Inilah melepaskan, sebenar-benar melepaskan. Kelak jika waktu merestui perjumpaan kita, aku yakin sekadar terka pun tak mampu menjawab tanya. Itu urusan-Nya. Aku bahagia seperti ini. Jadi aku yang dulu. Yang menyimpan rindu diam-diam. Bukan juga padamu. Entah, hati ini adalah rangkaian cerita yang ingin kusembunyikan. Aku bahagia. Semoga kamu juga.
Kelak kalau kamu menemukan tulisan-tulisan ini, kau akan tahu semua detail rasa yang pernah ada. Yang kusembunyikan di ruang-ruang ini.
Hari ini, aku memanggil kamu lagi, tapi bukan berarti cerita ini seperti dulu. Kalaupun tentang kita masih berkesempatan menjadi cerita, sudah kubilang, ia akan ada jika hanya disertai keberanian dan tanggung jawab.
Ah ya, teman-teman kerap menanyakanmu, sementara aku tak berani sekadar cari tahu tentangmu. Apa kabar? Mereka sudah tahu banyak tentangmu. Semoga kau juga bahagia dengan jalan indah dan tuntunan-Nya.

Senin, 23 Juli 2018

Surat Peng(undur)an Diri



Untuk seseorang yang pernah begitu dalam kupahami,

Maaf jika aku harus menyebutkan kata-kata ‘pernah’. Karena memang pernah dan kini tak lagi. Ada sebuah batas transparan dari dirimu yang kini tak pernah bisa kusentuh. Sebuah arena khusus yang tak lagi menyertakan aku dalam arenanya. Pikiranmu yang tak bisa lagi kuterka akan kemana tujuannya. Ada banyak hal sederhana yang kini berformula jadi rumit. Dan seolah-olah perubahan-perubahan ini membuat kita saling menyalahkan diri sendiri. Bukan salahmu, jika ada yang harus selesai di antara kita. Bukan salahku, jika tak bisa lagi meneruskan setiap rasa pertama kali yang pernah kita bagi. Ini hanya cara kita belajar bahwa memang perlu ada yang berubah. Dan biarkan waktu yang mengajari kita untuk menerimanya, yaa?

Aku undur diri, atas segala rasa yang nantinya bisa memperburuk kondisi hati. Aku undur diri untuk menitipkan lagi segala rasa yang pernah dimintamu dulu. Aku undur diri untuk segala janji yang dulu pernah terucap. Langkahku pelan-pelan menjauh, mungkin kenangan akan begitu riuh, tapi takkan membuat beberapa luka semakin melepuh. Maaf jika aku tak mampu lagi bertahan, dan maaf jika aku secepat ini melepaskan. Namun hal-hal pahit harus kita cicipi lebih dulu agar kita tahu apa rasanya manis. Sesendok pelajaran sedang kita lahap bersama-sama, tentang kenyataan bahwa tak seharusnya lagi kita bersama. Lepaslah dengan rela. Karena suatu hari, kita akan sama-sama tersenyum mengingat hari ini.

Memasuki pekarangan hatimu adalah cara terbaik mengenal cinta. Dan mengundurkan diri adalah satu-satunya hal yang paling tepat untuk menjauh dari pergerakan luka. Kita akan baik-baik saja. Selamat menemukan yang lain selain aku.





Dari yang langkahnya sudah menjauhi kediamanmu