Apa
kabarmu, Bumi? Kenapa kau semakin jarang berbicara? Apa dirimu masih marah
dengan kelakuan kami yang selalu menganggap bahwa kami adalah pusat dari alam
semesta? Ah, iya, aku sadar kau berhak marah setelah apa yang kami lakukan.
Kau
tahu, sudah sifat dasar kami untuk menjadi pelupa, untuk menjadi penyerah. Kami
lupa bahwa kau hanya ada satu dan kehilanganmu berarti kehilangan rumah.
Kami
benar-benar lupa diri.
Menghias
tubuh, wajah, rambut, perut, kepala. Kami telah berubah menjadi perampok yang
terus menghancurkan lingkungan.
Apa?
Kau tidak marah, Bumiku sayang? Kau hanya kecewa? Kecewa karena apa? Karena
kami sedang menghancurkan diri kami dan semua tentangmu hingga tak akan ada
yang tersisa untuk anak dan cucu kami? Aku mengerti semuanya sekarang.
Maaf.
Kau benar, Bumi.
Selama
kami masih menghancurkan lingkungan, kami tak berhak merayakan Hari Lingkungan.
- Fiersa Besari

Tidak ada komentar:
Posting Komentar