Jauh dari
segala keinginan dan harapan, aku ingin mengutamakan sebuah kata terima
kasih saat setelah aku menghirupkan udara di muka bumi ini untuk pertama
kalinya kepada Allah SWT karena telah memilih Ibuku untuk memberikan kesempatan
dan kebahagiaan mengirimkan sebuah janin di kandunganya, mengandung dengan
sabar selama sembilan bulan, dan melahirkan seorang putri untuk kedua kalinya
dengan persalinan secara normal dan selamat. Terima kasih untuk mukjizat yang
telah menciptakan seorang Malaikat Tak Bersayap “MAMA”.
Mungkin
mama adalah alasan kenapa Tuhan menciptakan sebuah rasa yang di sebut
“cinta” yang di dalamnya selalu memuat kata pengorbanan, ketulusan, keikhlasan,
kesabaran, rindu, air mata, dan doa. Ia adalah jalur kebahagiaan bagi anak
manusia dan jembatan menuju surga.
Mama adalah
sosok yang tak akan pernah bisa di gantikan oleh siapapun. Ia adalah wanita
paling tegar, paling kuat, paling setia, selalu menyembunyikan air mata
kesedihanya, dan tak kenal kata mengeluh.
Aku
teringat semasa kecil ketika aku belum mengerti banyak hal, ingin ini itu. Begitu
banyak kesalahan yang aku buat, begitu sering aku membuat mama kecewa
bahkan sedih. Tapi jauh di lubuk hati yang paling dalam, aku menyimpan sesal
kepada diri sendiri karena belum bisa menjadi anak yang baik untuk mama. Doamu
tak pernah terputus, dukunganmu tak pernah henti, mama tetap menjadi
wanita yang selalu memelukku, tak pernah meninggalkanku sekalipun sahabat telah
pergi entah kemana.
Aku ingat bagaimana dia
selalu berusaha untukku. Dia selalu memenuhi kebutuhanku, bahkan saat dia tak bisa
memenuhinya. Dia selalu berusaha. Katanya agar aku senang. Apalagi hanya karena
hal-hal sepele. Dia sampai rela meminta tolong pada orang lain, untuk
membantunya memenuhi keinginannku. Ah, aku sangat tak tahu diri.
Aku tak pernah bisa
lupa bagaimana cara dia memarahiku. Saat aku tidak mengerjakan apa yang dia
minta dengan sempurna atau saat aku
menunda ibadahku. Yang saat itu aku selalu menganggap dia cerewet. Dan saat ini
aku hanya tau, dia begitu sayang padaku, teramat sayang.
Aku pun tak pernah bisa
lupa. Ketika sakit itu hadir seakan menghilangkan semuanya. Semua yang bisa dia
berikan untukku. Tawanya, senyumnya, perhatiannya. Ah, aku terlalu ingin saat
itu kembali. Namun aku tahu, saat itu seharusnya aku yang berbalik melakukan
demikian. Aku yang seharusnya memeluknya, menggandeng tangannya, menyuapinya, dan
menyiapkan obatnya. Seharusnya. Beberapa aku lakukan, walau dengan muka kusut
sambil menggerutu kepada-Nya. Justru saat ini jika bisa aku ingin melakukan
semuanya (lagi). Bahkan sangat ingin melihatnya senyum, senyum yang sangat
kurindukan.
Aku juga tak pernah
akan bisa lupa ketika sakaratul maut menghadangnya. Ketika tubuhnya tergolek
lemah. Aku ingat raut mukanya. Aku ingat, selalu kuingat. Ketika dia menangis
kesakitan, ketika dia ingin berbicara namun sulit. Dan aku terus menangis saat
itu. Dan aku sadar beberapa jam kemudian, dia telah tiada.
Aku pun ingat bagaimana
saat aku memandikannya, saat dia dikafani, dan saat aku memeluknya untuk yang terakhir
kali. Dibalutan kain putih itu, dia tersenyum. Manis sekali. Seolah bahagia
meninggalkan dunia ini, atau ingin yang ditinggalkan ikut berbahagia
dengannnya. Tapi aku tak bisa. Air itu selalu keluar dari mataku perih, dan
sakit rasanya. Dia tak akan pernah kembali lagi, tak akan bisa.
Lalu sepi, sedih,
sendiri. Tak ada lagi sandaran. Tak ada lagi pelukan. Tak ada lagi gandengan
tangan. Tak ada lagi wanita yang bisa menghibur dan juga memarahiku. Tak ada
lagi.
Aku hanya tersadar
bahwa kematian dapat merubah segalanya. Begitu cepat begitu drastis, tanpa
pandang buluh. tanpa aba-aba.
Untuk
mama, terima kasih telah mengandungku selama sembilan bulan dengan penuh
kesabaran. Aku tahu sejak saat itu, aku sudah mulai merepotkanmu sekalipun kamu
tak pernah mengeluhkan itu. Terima kasih telah membesarkanku, membimbingku,
selama dua belas tahunku. Suatu hari, aku ingin melihat mama tertawa
bahagia, memelukku dengan erat, dan melihat bahwa anakmu telah tumbuh menjadi
anak yang sukses dan membuat Ibu bangga.
Lewat tulisan yang masih jauh dari
kata sempurna ini, aku persembahkan untuk Malaikat Tak Bersayapku, MAMA.
Sebagai rasa “terima kasih” yang
terucap
Sebagai maaf dari segala dosa
Sebagai air mata penghapus luka
Sebagai pujian yang wajib untuk di terima.
Tepat
hari ini, SELAMAT ULANGTAHUN MAMA. Selamat ulangtahun wanita terhebat, tercantik, wanita
penghuni surga O:)
Terima
kasih atas tiap keringat yang menetes saat melahirkan aku dan kakak-kakak
Terima
kasih atas tiap air mata yang tumpah dan mengalir melihat kenakalan kami, Terima
kasih atas tiap sakit yang kau terima karena ketidak mengertian kami atas
besarnya pengorbananmu.
Terimakasih untuk semua hal yang belum bisa aku
balas.
Peluk cium dalam doa serta salam
rindu dari anakmu yang akan terus menjadi gadis kecilmu, tak peduli berapapun
usiaku. I miss you mom. it's almost
been 6years since you've been gone and life will never be the same. I do love you, so, Mama ♥

Tidak ada komentar:
Posting Komentar