A luckiest daughter. A good little sister. A happy friend~

Rabu, 15 Juli 2015

Selamat Ulang Tahun Mama({})

Jauh dari segala keinginan dan harapan, aku ingin mengutamakan sebuah kata terima kasih saat setelah aku menghirupkan udara di muka bumi ini untuk pertama kalinya kepada Allah SWT karena telah memilih Ibuku untuk memberikan kesempatan dan kebahagiaan mengirimkan sebuah janin di kandunganya, mengandung dengan sabar selama sembilan bulan, dan melahirkan seorang putri untuk kedua kalinya dengan persalinan secara normal dan selamat. Terima kasih untuk mukjizat yang telah menciptakan seorang Malaikat Tak Bersayap “MAMA”.

Mungkin mama adalah alasan kenapa Tuhan menciptakan sebuah rasa yang di sebut “cinta” yang di dalamnya selalu memuat kata pengorbanan, ketulusan, keikhlasan, kesabaran, rindu, air mata, dan doa. Ia adalah jalur kebahagiaan bagi anak manusia dan jembatan menuju surga.

Mama adalah sosok yang tak akan pernah bisa di gantikan oleh siapapun. Ia adalah wanita paling tegar, paling kuat, paling setia, selalu menyembunyikan air mata kesedihanya, dan tak kenal kata mengeluh.

Aku teringat semasa kecil ketika aku belum mengerti banyak hal, ingin ini itu. Begitu banyak kesalahan yang aku buat, begitu sering aku membuat mama kecewa bahkan sedih. Tapi jauh di lubuk hati yang paling dalam, aku menyimpan sesal kepada diri sendiri karena belum bisa menjadi anak yang baik untuk mama. Doamu tak pernah terputus, dukunganmu tak pernah henti, mama tetap menjadi wanita yang selalu memelukku, tak pernah meninggalkanku sekalipun sahabat telah pergi entah kemana.

Aku ingat bagaimana dia selalu berusaha untukku. Dia selalu memenuhi kebutuhanku, bahkan saat dia tak bisa memenuhinya. Dia selalu berusaha. Katanya agar aku senang. Apalagi hanya karena hal-hal sepele. Dia sampai rela meminta tolong pada orang lain, untuk membantunya memenuhi keinginannku. Ah, aku sangat tak tahu diri.

Aku tak pernah bisa lupa bagaimana cara dia memarahiku. Saat aku tidak mengerjakan apa yang dia minta dengan  sempurna atau saat aku menunda ibadahku. Yang saat itu aku selalu menganggap dia cerewet. Dan saat ini aku hanya tau, dia begitu sayang padaku, teramat sayang.

Aku pun tak pernah bisa lupa. Ketika sakit itu hadir seakan menghilangkan semuanya. Semua yang bisa dia berikan untukku. Tawanya, senyumnya, perhatiannya. Ah, aku terlalu ingin saat itu kembali. Namun aku tahu, saat itu seharusnya aku yang berbalik melakukan demikian. Aku yang seharusnya memeluknya, menggandeng tangannya, menyuapinya, dan menyiapkan obatnya. Seharusnya. Beberapa aku lakukan, walau dengan muka kusut sambil menggerutu kepada-Nya. Justru saat ini jika bisa aku ingin melakukan semuanya (lagi). Bahkan sangat ingin melihatnya senyum, senyum yang sangat kurindukan.

Aku juga tak pernah akan bisa lupa ketika sakaratul maut menghadangnya. Ketika tubuhnya tergolek lemah. Aku ingat raut mukanya. Aku ingat, selalu kuingat. Ketika dia menangis kesakitan, ketika dia ingin berbicara namun sulit. Dan aku terus menangis saat itu. Dan aku sadar beberapa jam kemudian, dia telah tiada.

Aku pun ingat bagaimana saat aku memandikannya, saat dia dikafani, dan saat aku memeluknya untuk yang terakhir kali. Dibalutan kain putih itu, dia tersenyum. Manis sekali. Seolah bahagia meninggalkan dunia ini, atau ingin yang ditinggalkan ikut berbahagia dengannnya. Tapi aku tak bisa. Air itu selalu keluar dari mataku perih, dan sakit rasanya. Dia tak akan pernah kembali lagi, tak akan bisa.

Lalu sepi, sedih, sendiri. Tak ada lagi sandaran. Tak ada lagi pelukan. Tak ada lagi gandengan tangan. Tak ada lagi wanita yang bisa menghibur dan juga memarahiku. Tak ada lagi.
Aku hanya tersadar bahwa kematian dapat merubah segalanya. Begitu cepat begitu drastis, tanpa pandang buluh. tanpa aba-aba.

Untuk mama, terima kasih telah mengandungku selama sembilan bulan dengan penuh kesabaran. Aku tahu sejak saat itu, aku sudah mulai merepotkanmu sekalipun kamu tak pernah mengeluhkan itu. Terima kasih telah membesarkanku, membimbingku, selama dua belas tahunku. Suatu hari, aku ingin melihat mama tertawa bahagia, memelukku dengan erat, dan melihat bahwa anakmu telah tumbuh menjadi anak yang sukses dan membuat Ibu bangga.

Lewat tulisan yang masih jauh dari kata sempurna ini, aku persembahkan untuk Malaikat Tak Bersayapku,  MAMA.
Sebagai rasa “terima kasih” yang terucap
Sebagai maaf dari segala dosa
Sebagai air mata penghapus luka
Sebagai pujian yang wajib untuk di terima.


Tepat hari ini, SELAMAT ULANGTAHUN MAMA. Selamat ulangtahun wanita terhebat, tercantik, wanita penghuni surga O:)
Terima kasih atas tiap keringat yang menetes saat melahirkan aku dan kakak-kakak
Terima kasih atas tiap air mata yang tumpah dan mengalir melihat kenakalan kami, Terima kasih atas tiap sakit yang kau terima karena ketidak mengertian kami atas besarnya pengorbananmu.
Terimakasih untuk semua hal yang belum bisa aku balas.
Peluk cium dalam doa serta salam rindu dari anakmu yang akan terus menjadi gadis kecilmu, tak peduli berapapun usiaku.  I miss you mom. it's almost been 6years since you've been gone and life will never be the same. I do love you, so, Mama ♥
#22nov09

Tidak ada komentar:

Posting Komentar