Umurku 18 Tahun dan malam ini entah
ke berapa kalinya, aku menangis. Aku menangis dihadapan seorang pria yang ku
kenal dari pertama aku datang ke dunia ini. Aku menangis dihadapan seorang pria
yang ku panggil "Bapak". Seorang pria yang menjadi motivatorku untuk
mempersembahkan yang terbaik yang bisa aku lakukan. Seorang pria yang sangat ku
hormati dan ku cintai.
Pernahkah kalian perhatikan Bapak
kalian ketika sedang tertidur pulas? Apa yang kalian pikirkan pada saat
melihatnya?
Aku. Aku sering memandangi wajah
Bapakku ketika beliau tertidur. Terlihat teduh tapi menyakitkan hati. Mengapa?
Wajah yang tertidur itu terlihat sangat kelelahan sekali. Setiap hari memikul
beban, bekerja untuk anak-anaknya. Aku sering menangis jika mengingat semua
perjuangan bapak demi anak-anaknya.
Tepat hari ini usiamu sudah separuh
abad.
HAPPY MILAD MY BELOVED FATHER (ɔ ˘⌣˘)~♡
“Allah jaga Bapakku. Lindungilah dia
dan panjangkanlah umurnya hingga aku dapat selalu membahagiakannya. AAMIIN”. Tiada kata yang
bisa menggantikan segala sayang, usaha, semangat, dan juga uang yang telah
dicurahkan.
BAPAK ….
Tetaplah menjadi raja dikehidupanku.
Tetaplah menjadi
seorang bapak yang mampu merangkap diri sekaligus menjadi mama.
Tetaplah menjadi satu-satunya lelaki yang cintanya begitu besar tanpa ada bandingan
Tetaplah menjadi Lelaki yang tak pernah
memintaku menjadi apa yang ia inginkan.
Tetaplah menjadi purnama dimataku,
juga sabit di bibirku.
Tetaplah menjadi seseorang yang aku kenal
selama 18 tahun, 3 bulan dan 17 hari ini.
Entah bagaimana caranya
membalas ketulusan untuk setiap tetes keringat, setiap detik perhatian dan
barisan kalimat bijaksana yang selalu kami dapatkan.
Entah bagaimana caraku berterimakasih
atas segala yang telah kau berikan,
Karena setahuku, apapun
itu, pasti tak akan pernah bisa senilai dengan segalamu atas anakmu.
Karena setahuku, surga
pun seharusnya di balas dengan surga pula.
Aku ingin sedikit kau
tahu, sengaja jemariku mengetikkan ini—meski nantinya aku tak tahu akan kau
baca atau tidak—untuk berterima kasih atas surga yang telah kau wujudkan dalam
nyata.
Mungkin memang, tulisan
ini hanyalah sepotong kecil dari rasa syukurku atasmu. Sebab sempurnamu tak
akan pernah cukup dituliskan hanya dengan sesederhana ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar