Laporan Praktikum
Dasar-Dasar Ilmu Tanah
“PENETAPAN BULK DENSITY, PARTICLE DENSITY DAN
POROSITAS”
NAMA : SRI NURUL UTAMI
NIM :
G111 14 333
KELAS : AGROTEKNOLOGI C
KELOMPOK :
KELOMPOK 16
ASISTEN : DIDIYANTI
BAAN B
PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2014
I PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Tanah sebagai akumulasi tubuh alam bebas, menduduki sebagian besar
permukaan planet bumi, yang mampu menumbuhkan tanaman, dan memiliki sifat
sebagai akibat pengaruh iklim dan jasad hidup yang bertindak terhadap bahan
induk dalam keadaan relief tertentu selama jangka waktu tertentu pula
(Darmawijaya, 1990).
Tanah yang
terbentuk di permukaan bumi baik secara langsung maupun tidak langsung
berkembang dari mineral batu-batuan. Semua itu terjadi dengan melalui proses
pelapukan baik fisik maupun kimia dengan bantuan atmosfer.
Beberapa sifat
fisik yang sangat penting adalah bulk
density (BD), particle density (PD),
dan Porositas yang sangat berpengaruh terhadap
pertumbuhan tanaman. Makin padat suatu tanah maka makin tinggi BD, yang berarti
makin sulit meneruskan air atau ditembus akar tanaman. PD penting dalam
penentuan laju sedimentasi dan pergerakan partikel oleh air dan angin.
Porositas tanah juga penting karena merupakan gambaran aerasi dan drainase tanah
serta kualitas struktur dalam tanah.
Berdasarkan uraian tersebut, maka perlu diadakan praktikum BD, PD dan
porositas untuk mengetahui nilai masing-masing.
1.2 Tujuan dan kegunaan
Penelitian ini bertujuan mengetahui nilai
dari BD, PD dan porositas dari sampel tanah yang telah diambil di lapangan. Kiranya penelitian ini berguna bagi
praktikan dan dapat digunakan oleh mahasiswa lain sebagai referensi studi.
II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Bulk density
Bulk
density atau berat jenis suatu tanah adalah
bobot massa tanah kondisi lapangan yang dikering ovenkan per satuan volume.
Nilai kerapatan massa tanah berbanding lurus dengan tingkat kekasaran
partikel-partikel tanah, makin kasar akan makin berat (Hanafiah, 2010).
Nilai bobot isi dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya pengolahan
tanah, bahan organik, tekstur, struktur, dan kandungan air tanah. Nilai ini
banyak dipergunakan dalam perhitungan-perhitangan seperti dalam penentuan
kebutuhan air irigasi pemupukan dan, pengolahan tanah (Foth, 1988).
Tanah-tanah organik memiliki kerapatan massa yang sangat
rendah dibanding dengan tanah-tanah mineral. Variasi-variasi yang ada perlu
diperhatikan tergantung pada bahan organik dan kelembaban tanah. Berat isi
menggambarkan keadaan, struktur dan porositas tanah. Pengaruh sifat-sifat fisik
tanah tersebut dapat dinilai dari kaitan-kaitan pertumbuhan tanaman dengan
berat isi tanah (Buckman et al., 1982).
2.2 Particle density
Particle
density atau kerapatan partikel adalah bobot
massa partikel padat per satuan volume tanah, biasanya tanah mempunyai
kerapatan partikel 2,6 g cm-3 (Hanafiah, 2010). Untuk menentukan kepadatan partikel tanah, pertimbangan hanya diberikan untuk
partikel
yang kuat. Oleh
karena itu, kerapatan partikel setiap tanah
merupakan suatu tetapan dan
tidak bervariasi menurut jumlah ruang
partikel.
Hal ini didefinisikan sebagai massa tiap unit volume partikel tanah dan
sering kali
dinyatakan dalam g cm-3(Foth,
1988).
Faktor-faktor yang mempengaruhi
partikel density adalah jumlah bahan organik
dan mineral tanah. Bahan organik sangat ringan dibandingkan
dengan padatan mineral. Adanya bahan organik
dalam tanah mempengaruhi
kerapatan jenis tanah. Semakin tinggi bahan organik
semakin rendah PDnya. Untuk banyak tanah mineral, kerapatan partikel akan
mempunyai rata-rata sekitar 2,6
g cm-3. Kerapatan
ini sangat tidak
beranekaragam dalam kandungan bahan
organik atau komposisi mineral (Foth,1988).
2.3 Porositas
Pori-pori tanah adalah bagian tanah yang tidak terisi bahan padat tanah (terisi oleh udara dan air). Pori-pori tanah dapat dibedakan menjadi pori-pori kasar (makro pori) danpori-porihalus (mikro
pori). Pori-pori
kasar berisi udara atau air gravitasi (air yang
mudah hilang karena gaya gravitasi), sedang pori-pori halus berisi
kapiler atau udara (Hardjowigeno, 2003).
Porositas tanah dipengaruhi oleh kandungan
bahan organik, struktur tanah, dan tekstur tanah. Tanah-tanah dengan struktur
granuler atau remah, mempunyai porositas yang lebih tinggi daripada tanah-tanah
dengan struktur massive (pejal).
Tanah dengan tekstur pasir banyak mempunyai pori-pori makro sehingga sulit
menahan air (Hardjowigeno, 2003).
Ruang pori-pori total pada tanah
berpasir semakin rendah, tetapi sebagian besar dari
pori-pori itu terdiri dari
pori-pori yang besar
dan sangat efisiensi dalam lalu
lintas air maupun
udara. Persentase volume yang ditempati oleh
pori-pori kecil dalam tanah
adalah rendah, yang
menunjukkan kapasitas memegang air yang rendah (Buckmanet
al., 1982).
Adapun hal–hal yang mempengaruhi porositas adalah iklim, kelembaban dan
struktur tanah. Iklim, suhu, sifat mengembang dan mengerut sangat
mempengaruhi porositas. Misalnya saja wilayah yang beriklim hujan tropis maka
tingkat curah hujan pada tanah tersebut akan tinggi pada saat tanah tersebut
basah maka tanah tersebut akan mengalami pengembangan dan pori tanah pada saat
tersebut akan banyak terisi oleh air juga akan mempengaruhi kelembaban tanah
tersebut yang nantinya akan berpengaruh pada porositasnya. Sebaliknya pada
musim kemarau atau kering tanah akan mengerut dan pori tanah akan semakin besar
tetapi kebanyakan akan diisi oleh udara, sehingga nantinya akan berpengaruh
terhadap porositas tanah tersebut. Selain itu, struktur tanah juga akan sangat
berpengaruh, karena sangat bergantung pada kadar liat , pasir, dan debu yang
dikandung tanah tersebut apabila struktur tanah dirusak maka porositas tanah
tersebut akan berubah (Pairunan et al.,
1997).
III METODOLOGI
3.1 Tempat dan waktu
Praktikum BD, PD dan porositas dilaksanakan di Laboratorium Kimia dan Kesuburan Tanah, Jurusan Ilmu Tanah, Fakultas Pertanian, Universitas Hasanuddin, Makassar pada hari rabu, 27 November 2014 pukul 10.00 WITA sampai selesai.
3.2 Alat dan bahan
Alat yang digunakan dalam praktikum adalah oven, ring sampel, penggaris, timbangan analitik atau neraca ohauss, labu ukur, hot
plate dan botol semprot.Sedangkan bahan yang digunakan adalah air, sampel tanah utuh dan sampel tanah terganggu dari daerah tempat pengamatan profil tanah yang dilakukan sebelumnya.
3.3 Prosedur kerja
3.3.1 Prosedur kerja BD
Prosedur
kerja dari pengamatan
BD yaitu sebagai
berikut :
1. Memasukkan ring sampel yang berisi
sampel tanah utuh
ke dalam oven.
2. Keringkan
selama 2×24 jam
3. Keluarkan dari oven setelah 2×24 jam kemudian dinginkan
4. Setelah
dingin, keluarkan tanahnya dari ring sampel kemudian timbang
5. Hitung nilai BD
dari sampel tanah
utuh yang telahditimbang.
3.3.2 Prosedur kerja PD
Prosedur
kerja dari pengamatan
PD yaitu sebagai berikut :
1. Menimbang labu ukur kosong ( X
gram)
2. Mengisi
tanah kering udara sekitar 50 gram ke dalam labu ukur.
3. Menimbang
labu ukur yang berisi tanah
4. Menambahkan
air kurang lebih setengah labu sambil membilas tanah yang menempel di leher
labu.
5. Memanaskan
labu ukur berisi tanah dan air menggunakan hot
plate beberapa menit sampai mendidih
6. Mendinginkan
labu beserta isinya lalu menambahkan air dingin sampai batas ukur (Z gram).
7. Menghitung nilai PD dari sampel tanah
terganggu yang telah ditimbang.
3.3.3 Prosedur kerja porositas
Menghitung hasil
analisa BD dan PD sampel tanah dan menghitung porositas tanah.
IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Berdasarkan
hasil penelitian di laboratorium, maka diperoleh data sebagai berikut.
Tabel 1. Hasil penelitian bulk density, particle
density, dan porositas tanah.
Parameter Pengamatan
|
Hasil
|
BD
|
3,37 gcm3
|
PD
|
2,11 g cm3
|
Porositas
|
-60%
|
4.2 Pembahasan
Bulk
density. Berdasarkan
praktikum yang telah dilakukan di dapatkan hasil perhitungan BD senilai 3,37 gcm3. Hal
ini tidak sesuai dengan pendapat Hardjowigeno (2003) yang menyatakan bahwa
nilai BD tanah mineral berkisar 1 sampai
0,7 g cm3,
sedangkan tanah organik umumnya memiliki BD
antara 0,1 sampai 0,9 g cm3.
Ini dikarenakan telah terjadinya kesalahan selama
praktikum yaitu kesalahan pada saat pengeringan tanah menggunakan oven.
Particle density. Hasil
praktikum menunjukkan bahwa nilai PD senilai 2,11 g cm3 yang tidak
jauh berbeda dengan pernyataan Foth (1988) yang mengemukakan bahwa kebanyakan
tanah mineral kerapatan partikelnya rata-rata sekitar 2,6 g cm3. Hal
ini tidak berbeda banyak pada tanah yang berbeda, jika tidak, akan terdapat
suatu variasi yang harus mempertimbangkan kandungan tanah organik atau
komposisi mineral.
Porositas tanah. Hasil praktikum menunjukkan nilai
porositas tanah yaitu
dimana dalam
praktikum ini terdapat kekeliruan karena menghasilkan nilai yang negative, ini
di sebabkan oleh kesalahan awal pada penentuan BD dimana letak kesalahannya yaitu
pada saat pengovenan sampel tanah yang tidak maksimal yang nilai BD terlalu tinggi
sehingga hasil yang di dapat pada porositas menghasilkan nilai negative.
V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan praktikum
yang telah dilakukan maka didapatkan hasil dari sampel tanah yang digunakan
dengan hasil BD 3,37 g cm3, PD 2,11 g cm3
dan porositas senilai (-60%).
5.2 Saran
Dalam pengelohan
lahan perlu diketahui nilai BD, PD dan porositas dari tanah tersebut, misalnya
pada tanah mineral merupakantanah yang sangat bagus untuk media tanamapabila
diolah dengan baik sehingga untuk memilih tanah pertanian yang baik maka harus
dipilih tanah dengan nilai BD yang rendah. BD yang rendah mengindikasikan bahwa
tanah tersebut mudah diolah dan mudah ditembus oleh perakaran tanaman.
DAFTAR PUSTAKA
Buckman, H. O. dan N. C. Brady.,
1982. Ilmu Tanah. Jakarta: Bhatara Karya Angkasa,
Darmawijaya, 1990.
Klasifikasi Tanah. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Foth, D Henry, 1988. Dasar-Dasar Ilmu Tanah.Yogyakarta: Gadjamadah
University.
Hanafiah,
2010. Dasar-dasar Ilmu Tanah. Jakarta: PT.Rajagra Findo Persada.
Hardjowigeno,
Sarwono. 2003. Ilmu Tanah. Jakarta: CV. Akademika Pressindo.
Pairunan, A.K, Mustafa muslimin,
Wahyuni. 1997. Dasar‑Dasar Ilmu Tanah. Makassar: Badan kerja sama Perguruan
Tinggi Negeri Indonesia Bagian Timur.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar