Tuan, kita
akan bertemu sebelum hujan terakhir menyentuh bumi, setelahnya pelangi terbalik
akan terukir di bibir, menyingkirkan semua getir.
Lalu, ijinkan
aku, menemanimu berjalan jalan.
Tuan, boleh
kuantar kau ke kepalaku? Kuperlihatkan jejak jejak rindu yang memenuhi nebulaku
Tuan, boleh
kuantar kau ke arus nadiku? Kuperlihatkan rasa yang berlayar menembus jantung
dan karam di hatiku.
Tuan, boleh
kuantar ke mataku? Kuperlihatkan tikaman tajam yang kau tinggalkan saat sorotmu
menatapku.
Tuan, boleh
kuantar kau ke jemariku? Dimana setiap sidiknya ingin menyelimuti pori kulitmu
Tuan, boleh
kuantar kau ke mimpiku? Dimana saat mataku terpejam, aku menculik sedikit kamu
dan kutawan pada bunga tidurku.
Tuan, boleh
kuantar kau ke peparuku? Kau bisa lihat, bagaimana aku pernah sesak dalam nafas
cemburu.
Tuan, boleh
kuantar kau ke langit langit kepalaku? Kau bisa lihat, bintang bintang yang ada
disana, semua tercipta dari senyummu
Tuan, jika
itu memang kamu. Jelajahi waktu, semaumu.
Tuan, jika
memang kita bertemu dan melihat linangan di pipiku. Itu bukan tangis, itu hanya
embun yang singgah sebentar dan turun di mataku. Bukti kesejukan jiwa
atas melihat sosokmu.
Tuan, kini
aku lelah mengantarmu. Bisa kau giring aku ke hatimu?
Tuan, sudahkah kau mengenali seluruh bagian tubuhmu?
Tahukah kamu?
Di kerling matamu aku pernah bersembunyi menyimpan senyum yang berserakan seperti remah roti.
Di jantungmu aku pernah menari-menari, detakmu yang menjadi iramanya, bertelanjang kaki.
Di kepalamu, aku pernah bermain ayunan, menelusuri prosotan meluncur dan turun di hati. Sesampainya disana, ada trampolin. Aku melompat-lompat dengan riang dan begitu lelah aku segera ke lenganmu. Disitu hangat, aku suka.
Aku juga sering bermain di telingamu. Aku mengalirkan suara dan membiarkannya menggema di sana. Entah iseng mengeja namamu, cerewet mengingatkanmu, berbisik manja, atau menyanyikan melodi rindu.
Aku juga sering mengunjungi mata kakimu, disitu aku akan membawa kamera, kupotret langkah-langkah yang kau pijak, kemanapun di seluruh dunia.
Aku juga suka duduk duduk di sela jemarimu. Di situ daerah hangat kedua setelah lengan. Maaf, aku suka tak sengaja tertidur disana.
Jadi Tuan, sadarkah kamu?
Ada aku menjejaki semuamu.
Ada aku yang ingin menjadi udaramu
Created: RahnePutri
Tidak ada komentar:
Posting Komentar