Laporan Praktikum
Dasar-Dasar Ilmu Tanah
“PENETAPAN KADAR BAHAN ORGANIK
TANAH”

NAMA :
SRI NURUL UTAMI
NIM : G111 14 333
KELAS :
AGROTEKNOLOGI C
KELOMPOK :
KELOMPOK 16
ASISTEN :
DIDIYANTI
BAAN B
PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2014
I PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Bahan organik merupakan
bahan penting dalam menciptakan kesuburan tanah, baik secara fisika, kimia
maupun biologi tanah. Bahan organik adalah bahan pemantap agregat tanah yang
tiada taranya. Sekitar setengah dari kapasitas tukar kation (KTK) berasal dari
bahan organik. Ia merupakan sumber hara tanaman. Disamping itu bahan organik
adalah sumber energi dari sebagian besar organisme tanah. Dalam memainkan
peranan tersebut bahan organik sangat ditentukan oleh sumber dan susunannya,
oleh karena kelancaran dekomposisinya, serta hasil dekomposisi itu sendiri
(Hakim et al., 1986).
Daerah rawa-rawa seperti daerah rawa-rawa pasang surut sering dijumpai
tanah-tanah dengan kandungan bahan organik yang sangat tinggi dan tebal.
Apabila tanah tersebut mengandung bahan organik lebih dari 20% (untuk tanah
pasir) atau lebih dari 30% (untuk tanah liat) dan tebalnya lebih dari 40 cm
maka tanah tersebut tanah organik atau tanah gambut. Kandungan bahan organik
tanah dihitung dari kandungan C-organik dengan rumus sebagai berikut
(Hardjowigeno, 2003) :
Bahan organik (%)
= 1,74 x C-Organik (%)
Tanah yang banyak mengandung humus atau bahan organik adalah tanah-tanah
lapisan atas atau top soil. Semakin
ke lapisan bawah tanah maka kandungan bahan organik semakin berkurang, sehingga
tanah semakin kurus. Oleh karena itu, top
soil perlu dipertahankan (Hardjowigeno, 2003).
1.2 Tujuan dan kegunaan
Penelitian ini bertujuan mengetahui kadar bahan organik tanah berdasarkan penelitian di laboratorium. Kiranya penelitian ini berguna bagi praktikan dan dapat digunakan oleh mahasiswa
lain sebagai referensi studi.
II TINJAUAN PUSTAKA
Bahan organik adalah sekumpulan beragam senyawa-senyawa organik kompleks yang sedang atau telah mengalami proses dekomposisi baik berupa humus hasil humifikasi maupun senyawa-senyawa organik hasil mineralisasi dan termasuk juga mikrobia heterotrofik organik dan ototrofik yang terlibat dan berada di dalamnya (Madjid, 2007).
Kandungan bahan organik di dalam tanah dipengaruhi oleh berbagai macam faktor.
Salah satu faktor yang mempengaruhi bahan organik ialah proses terbentuknya
yang terdiri dari 2 sumber, yaitu:
· Sumber
primer bahan organik adalah jaringan tanaman berupa akar, batang, ranting, daun, bunga, dan buah. Jaringan tanaman ini akan mengalami dekomposisi dan akan terangkut ke lapisan bawahserta
di inkorporasikan dengan tanah. Tumbuhan tidak saja sumber bahan organik tanah,
tetapi sumber bahan organik dari seluruh makhluk hidup (Hakim et
al., 1986)
· Sumber sekunder bahan organik adalah binatang. Fauna atau binatang terlebih dahulu harus menggunakan bahan organik tanaman. Setelah itu barulah binatang
menyumbangkan pula bahan organiknya. Berbeda sumber bahan organik tanah tersebut akan berbeda
pula pengaruh yang disumbangkannya ke dalam tanah. Hal itu berkaitan erat dengan komposisi atau susunan dari bahan organik tersebut
(Hakim et al.,
1986)
Kandungan organik tanah biasanya diukur berdasarkan
kandungan C-organik kandungan karbon (C) bahan organik bervariasi antara 45
sampai 60% dan konversi C-organik menjadi bahan = % C-organik x 1,724.
Kandungan bahan organik dipengaruhi oleh arus akumulasi bahan asli dan arus
dekomposisi dan humifikasi yang sangat tergantung kondisi lingkungan (vegetasi,
iklim, batuan, timbunan, dan praktik pertanian). Arus dekomposisi jauh lebih
penting dari pada jumlah bahan organik yang ditambahkan. Pengukuran kandung
bahan organik tanah dengan metode walkey
and black ditentukan berdasarkan kandungan C-organik (Foth, 1984).
Pengaruh bahan organik terhadap tanah dan kemudian terhadap tanaman
tergantung pada laju proses dekomposisinya. Secara umum faktor-faktor yang
mempengaruhi laju dekomposisi ini meliputi faktor bahan organik dan faktor
tanah. Faktor bahan organik meliputi komposisi kimiawi, kadar lignin dan ukuran
bahan, sedangkan faktor tanah meliputi temperatur, kelembaban, tekstur,
struktur dan suplai oksigen, serta reaksi tanah dan ketersediaan hara
(Hanafiah, 2010).
Umumnya, penambahan jumlah sisa-sisa organik setiap tahun ke tanah
ditingkatkan, disini terjadi suatu peningkatan dalam kandungan bahan organik
total. Dengan meningkatnya curah hujan dan diiringi meningkatnya produksi bahan
organik setiap tahun, terjadi suatu peningkatan kandungan bahan organik tanah.
Penyebab umum adalah laju peningkatan kegiatan mikrobia dan perombakan bahan
organik dengan meningkatnya temperature (Foth, 1988).
Bahan organik memainkan beberapa peranan penting di tanah. Sebab bahan
organik berasal dari tanaman yang tertinggal, berisi semua unsur-unsur hara yang
dibutuhkan untuk pertumbuhan tanaman. Bahan organik mempengaruhi struktur tanah
dan cenderung menjaga menaikkan kondisi fisik yang diinginkan. Hewan-hewan
tanah tergantung pada bahan organik untuk makanan dan mendukung kondisi fisik
yang diinginkan dengan mencampur tanah membentuk alur-alur. Umumnya banyak
hal-hal menarik dalam mengelola bahan organik agar tanah lebih produktif (Foth,
1988).
III METODOLOGI
3.1 Tempat dan waktu
Praktikum penetapan
kadar bahan organik tanah dilaksanakan di Laboratorium Kimia dan Kesuburan Tanah, Jurusan Ilmu Tanah, Fakultas Pertanian, Universitas Hasanuddin, Makassar pada hari jum’at, 28 November 2014 pukul 10.00 WITA sampai selesai.
3.2 Alat dan bahan
Alat
yang digunakan dalam praktikum ini ialah neraca analitik, labu erlenmeyer
250ml, gelas ukur 25ml, buret asam, standar buret. Bahan yang digunakan dalam
praktikum ialah sampel tanah terganggu, larutan H2SO4,
larutan K2Cr2O7, indikator diphenylamine,
larutan (NH4)2 Fe(SO4) dan aquades.
3.3 Prosedur kerja
Prosedur
kerja dalam pratikum C-organik ialah sebagai berikut :
1. Menimbang sampel tanah terganggu yang telah dihaluskan hingga mencapai 1 gram.
2. Memasukkan sampel tanah ke dalam labu erlenmeyer
3. Menambahkan K2Cr2O7
sebanyak 5ml kedalam labu erlenmeyer, terjadi perubahan warna menjadi merah bata.
4. Menambahkan H2SO4 sebanyak
5 ml kedalam labu erlenmeyer, terjadi reaksi yang menimbulkan bau menyengat dan kenaikan suhu.
5. Mendiamkan campuran di dalam labu erlenmeyer selama beberapa menit hingga suhu kembali normal.
6. Menambahkan aquades kedalam labu erlenmeyer sampai 100ml.
7. Mentitrasi campuran dengan larutan (NH4)2Fe(SO4)
hingga campuran berubah warna menjadi berwarna hijau.
8. Mencatat mililiter
(ml) penitar yang digunakan
9. Membuat blanko dengan perlakuan
yang sama dengan sampel tapi tanpa menggunakan sampel tanah.
10.
Menghitung kadar C-organik dan persentase bahan organik.
IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Berdasarkan
hasil penelitian di laboratorium, maka diperoleh data sebagai berikut.
Tabel 1. Hasil penelitian kadar C-organik dan
kandungan bahan organik
Parameter
Pengamatan
|
Hasil
|
Kadar
C-organik
|
|
Kandunganbahanorganik
|
2,65
|
4.2
Pembahasan
Berdasarkan
praktikum yang telah dilakukan di dapatkan hasil kadar
C-organik sampel tanah yang diamati senilai 1,54%. Kadar C-organik yang berada
di antara 1 sampai 9% menunjukkan tanah tersebut merupakan tanah mineral. Kandungan
bahan organik, menunjukkan banyaknya unsur hara yang terkandung dalam tanah.
Sedangkan kandungan bahan organik pada sampel tanah tersebut senilai 2,65%. Nilai
tersebut tergolong rendah yang menunjukkan bahwa tanah tersebut termasuk ke
dalam tanah mineral atau tanah organik. Tanah mineral sudah ditentukan sebagai
bagian atas regolit yang mengalami pelapukan biologi (Buckman et al., 1982).
Dalam tanah mineral, komponen mineral
membentuk kerangka kerangka dasar dan komponen organik menjadi pengisi. Dalam
tanah organik komponen organik membentuk kerangka dasar dan komponen mineral
menjadi pengisi. Air dan udara berada dalam pori massa tanah. Sebagian air
terjerap pada permukaan zarah mineral dan organik. Air yang terdapat dalam pori
tanah disebut air kapiler (Notohadiprawiro, 1998)
V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil praktikum pada
sampel tanah terganggu, kadar C-organik tanah sebesar 1,54% dan kadar bahan
organik senilai 2,65%. Tanah tersebut tergolong tanah mineral.
5.2 Saran
Dalam pengelohan
lahan perlu diketahui kandungan bahan organik tanah tersebut, karena
pertumbuhan suatu tanaman bergantung pada bagaimana kesuburan
tanahnya yang juga sangat bergantung pada kandungan bahan organiknya.
DAFTAR PUSTAKA
Buckman, H. O. dan N. C. Brady.,
1982. Ilmu Tanah. Jakarta : Bhatara Karya Angkasa.
Foth, D Henry, 1984. Dasar-Dasar Ilmu Tanah.Yogyakarta: Gadjamada University.
Foth, D Henry, 1988. Dasar-Dasar Ilmu Tanah.Yogyakarta: Gadjamada University.
Hakim. N, Yusuf Nyakpa, A. M Lubis,
S. G. Nugroho, Rusdi Saul, Amin Diha, Go Bang Hong, H.
H. Bailey, 1986. Dasar-dasar Ilmu Tanah. Lampung: Universitas Lampung.
Hanafiah,
2010. Dasar-dasar Ilmu Tanah. Jakarta: PT.Rajagra Findo Persada.
Madjid, Abdul. 2007. Bahan Organik Tanah.
Palembang: Universitas Sri wijaya..
sangat membantu saya
BalasHapusAlhamdulillah O:)
HapusSangat membantu skali tamiyaaa (y)
BalasHapusSangat membantu skali tamiyaaa (y)
BalasHapusthx.
BalasHapusIzin copas ya, terima kasih.
BalasHapusMkshh
BalasHapus