A luckiest daughter. A good little sister. A happy friend~

Rabu, 11 Februari 2015

LAPORAN PRAKTIKUM PENETAPAN KADAR BAHAN ORGANIK TANAH



Laporan Praktikum
Dasar-Dasar Ilmu Tanah                       

PENETAPAN KADAR BAHAN ORGANIK TANAH





NAMA             : SRI NURUL UTAMI
NIM                   : G111 14 333
KELAS            : AGROTEKNOLOGI C
KELOMPOK   : KELOMPOK 16
ASISTEN         : DIDIYANTI BAAN B



PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2014




I PENDAHULUAN

1.1  Latar belakang

Bahan organik merupakan bahan penting dalam menciptakan kesuburan tanah, baik secara fisika, kimia maupun biologi tanah. Bahan organik adalah bahan pemantap agregat tanah yang tiada taranya. Sekitar setengah dari kapasitas tukar kation (KTK) berasal dari bahan organik. Ia merupakan sumber hara tanaman. Disamping itu bahan organik adalah sumber energi dari sebagian besar organisme tanah. Dalam memainkan peranan tersebut bahan organik sangat ditentukan oleh sumber dan susunannya, oleh karena kelancaran dekomposisinya, serta hasil dekomposisi itu sendiri (Hakim et al., 1986).
     Daerah rawa-rawa seperti daerah rawa-rawa pasang surut sering dijumpai tanah-tanah dengan kandungan bahan organik yang sangat tinggi dan tebal. Apabila tanah tersebut mengandung bahan organik lebih dari 20% (untuk tanah pasir) atau lebih dari 30% (untuk tanah liat) dan tebalnya lebih dari 40 cm maka tanah tersebut tanah organik atau tanah gambut. Kandungan bahan organik tanah dihitung dari kandungan C-organik dengan rumus sebagai berikut (Hardjowigeno, 2003) :
 Bahan organik (%) = 1,74 x C-Organik (%)
     Tanah yang banyak mengandung humus atau bahan organik adalah tanah-tanah lapisan atas atau top soil. Semakin ke lapisan bawah tanah maka kandungan bahan organik semakin berkurang, sehingga tanah semakin kurus. Oleh karena itu, top soil perlu dipertahankan (Hardjowigeno, 2003).

1.2 Tujuan dan kegunaan

Penelitian ini bertujuan mengetahui kadar bahan organik tanah berdasarkan penelitian di laboratorium. Kiranya penelitian ini berguna bagi praktikan dan dapat digunakan oleh mahasiswa lain sebagai referensi studi.


II TINJAUAN PUSTAKA

Bahan organik adalah sekumpulan beragam senyawa-senyawa organik kompleks yang sedang atau telah mengalami proses dekomposisi baik berupa humus hasil humifikasi maupun senyawa-senyawa organik hasil mineralisasi dan termasuk juga mikrobia heterotrofik organik dan ototrofik yang terlibat dan berada di dalamnya (Madjid, 2007).
     Kandungan bahan organik di dalam tanah dipengaruhi oleh berbagai macam faktor. Salah satu faktor yang mempengaruhi bahan organik ialah proses terbentuknya yang terdiri dari 2 sumber, yaitu:
·    Sumber primer bahan organik adalah jaringan tanaman berupa akar, batang, ranting, daun, bunga, dan buah. Jaringan tanaman ini akan mengalami dekomposisi dan akan terangkut ke lapisan bawahserta di inkorporasikan dengan tanah. Tumbuhan tidak saja sumber bahan organik tanah, tetapi sumber bahan organik dari seluruh makhluk hidup (Hakim et al., 1986)
·    Sumber sekunder bahan organik adalah binatang. Fauna atau binatang terlebih dahulu harus menggunakan bahan organik tanaman. Setelah itu barulah binatang menyumbangkan pula bahan organiknya. Berbeda sumber bahan organik tanah tersebut akan berbeda pula pengaruh yang disumbangkannya ke dalam tanah. Hal itu berkaitan erat dengan komposisi atau susunan dari bahan organik tersebut (Hakim  et al., 1986)
     Kandungan organik tanah biasanya diukur berdasarkan kandungan C-organik kandungan karbon (C) bahan organik bervariasi antara 45 sampai 60% dan konversi C-organik menjadi bahan = % C-organik x 1,724. Kandungan bahan organik dipengaruhi oleh arus akumulasi bahan asli dan arus dekomposisi dan humifikasi yang sangat tergantung kondisi lingkungan (vegetasi, iklim, batuan, timbunan, dan praktik pertanian). Arus dekomposisi jauh lebih penting dari pada jumlah bahan organik yang ditambahkan. Pengukuran kandung bahan organik tanah dengan metode walkey and black ditentukan berdasarkan kandungan C-organik (Foth, 1984).
     Pengaruh bahan organik terhadap tanah dan kemudian terhadap tanaman tergantung pada laju proses dekomposisinya. Secara umum faktor-faktor yang mempengaruhi laju dekomposisi ini meliputi faktor bahan organik dan faktor tanah. Faktor bahan organik meliputi komposisi kimiawi, kadar lignin dan ukuran bahan, sedangkan faktor tanah meliputi temperatur, kelembaban, tekstur, struktur dan suplai oksigen, serta reaksi tanah dan ketersediaan hara (Hanafiah, 2010).
     Umumnya, penambahan jumlah sisa-sisa organik setiap tahun ke tanah ditingkatkan, disini terjadi suatu peningkatan dalam kandungan bahan organik total. Dengan meningkatnya curah hujan dan diiringi meningkatnya produksi bahan organik setiap tahun, terjadi suatu peningkatan kandungan bahan organik tanah. Penyebab umum adalah laju peningkatan kegiatan mikrobia dan perombakan bahan organik dengan meningkatnya temperature (Foth, 1988).
     Bahan organik memainkan beberapa peranan penting di tanah. Sebab bahan organik berasal dari tanaman yang tertinggal, berisi semua unsur-unsur hara yang dibutuhkan untuk pertumbuhan tanaman. Bahan organik mempengaruhi struktur tanah dan cenderung menjaga menaikkan kondisi fisik yang diinginkan. Hewan-hewan tanah tergantung pada bahan organik untuk makanan dan mendukung kondisi fisik yang diinginkan dengan mencampur tanah membentuk alur-alur. Umumnya banyak hal-hal menarik dalam mengelola bahan organik agar tanah lebih produktif (Foth, 1988).


III METODOLOGI

3.1 Tempat dan waktu

Praktikum penetapan kadar bahan organik tanah dilaksanakan di Laboratorium Kimia dan Kesuburan Tanah, Jurusan Ilmu Tanah, Fakultas Pertanian, Universitas Hasanuddin, Makassar pada hari jum’at, 28 November 2014 pukul 10.00 WITA sampai selesai.

3.2 Alat dan bahan

Alat yang digunakan dalam praktikum ini ialah neraca analitik, labu erlenmeyer 250ml, gelas ukur 25ml, buret asam, standar buret. Bahan yang digunakan dalam praktikum ialah sampel tanah terganggu, larutan H2SO4, larutan K2Cr2O7, indikator diphenylamine, larutan (NH4)2 Fe(SO4) dan aquades.

3.3 Prosedur kerja

Prosedur kerja dalam pratikum C-organik ialah sebagai berikut :
1.      Menimbang sampel tanah terganggu yang telah dihaluskan hingga mencapai 1 gram.
2.      Memasukkan sampel tanah ke dalam labu erlenmeyer
3.      Menambahkan K2Cr2O7 sebanyak 5ml kedalam labu erlenmeyer, terjadi perubahan warna menjadi merah bata.
4.      Menambahkan H2SO4 sebanyak 5 ml kedalam labu erlenmeyer, terjadi reaksi yang menimbulkan bau menyengat dan kenaikan suhu.
5.      Mendiamkan campuran di dalam labu erlenmeyer selama beberapa menit hingga suhu kembali normal.
6.      Menambahkan aquades kedalam labu erlenmeyer sampai 100ml.
7.      Mentitrasi campuran dengan larutan (NH4)2Fe(SO4) hingga campuran berubah warna menjadi berwarna hijau.
8.      Mencatat mililiter (ml) penitar yang digunakan
9.      Membuat blanko dengan perlakuan yang sama dengan sampel tapi tanpa menggunakan sampel tanah.
10.   Menghitung kadar C-organik dan persentase bahan organik.


IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

Berdasarkan hasil penelitian di laboratorium, maka diperoleh data sebagai berikut.
Tabel 1. Hasil penelitian kadar C-organik dan kandungan bahan organik
Parameter Pengamatan
Hasil

Kadar C-organik
%
1,54
Kandunganbahanorganik
2,65

4.2 Pembahasan

Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan di dapatkan hasil kadar C-organik sampel tanah yang diamati senilai 1,54%. Kadar C-organik yang berada di antara 1 sampai 9% menunjukkan tanah tersebut merupakan tanah mineral. Kandungan bahan organik, menunjukkan banyaknya unsur hara yang terkandung dalam tanah. Sedangkan kandungan bahan organik pada sampel tanah tersebut senilai 2,65%. Nilai tersebut tergolong rendah yang menunjukkan bahwa tanah tersebut termasuk ke dalam tanah mineral atau tanah organik. Tanah mineral sudah ditentukan sebagai bagian atas regolit yang mengalami pelapukan biologi (Buckman et al., 1982).
     Dalam tanah mineral, komponen mineral membentuk kerangka kerangka dasar dan komponen organik menjadi pengisi. Dalam tanah organik komponen organik membentuk kerangka dasar dan komponen mineral menjadi pengisi. Air dan udara berada dalam pori massa tanah. Sebagian air terjerap pada permukaan zarah mineral dan organik. Air yang terdapat dalam pori tanah disebut air kapiler (Notohadiprawiro, 1998)


V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil praktikum pada sampel tanah terganggu, kadar C-organik tanah sebesar 1,54% dan kadar bahan organik senilai 2,65%. Tanah tersebut tergolong tanah mineral.

5.2 Saran

Dalam pengelohan lahan perlu diketahui kandungan bahan organik tanah tersebut, karena pertumbuhan suatu tanaman bergantung pada bagaimana kesuburan tanahnya yang juga sangat bergantung pada kandungan bahan organiknya.


DAFTAR PUSTAKA

Buckman, H. O. dan N. C. Brady., 1982. Ilmu Tanah. Jakarta : Bhatara Karya Angkasa.
Foth, D Henry, 1984. Dasar-Dasar Ilmu Tanah.Yogyakarta: Gadjamada University.
Foth, D Henry, 1988. Dasar-Dasar Ilmu Tanah.Yogyakarta: Gadjamada University.
Hakim. N, Yusuf Nyakpa, A. M Lubis, S. G. Nugroho, Rusdi Saul, Amin Diha, Go Bang Hong, H. H. Bailey, 1986. Dasar-dasar Ilmu Tanah. Lampung: Universitas Lampung.
Hanafiah, 2010. Dasar-dasar Ilmu Tanah. Jakarta: PT.Rajagra Findo Persada.
Madjid, Abdul. 2007. Bahan Organik Tanah. Palembang: Universitas Sri wijaya..

7 komentar: